Rabu, 19 Mei 2010

DIBALIK PERISTIWA (40 tahun lalu)

Namaku Grace. Aku sangat menyayangi kakak laki-laki ku, namanya Hansel. Kami bagaikan semut dan gula yang tak bisa dipisahkan. Meskipun berbeda jenis kelamin, Hansel adalah segalanya bagiku. Ia bahkan lebih berarti daripada kedua orang tua kami.
Hansel yang paling mengerti aku. Saat aku menangis, ia memelukku sambil berkata bahwa kami dapat melaluinya bersama. Ia tak pernah egois. Aku rela mengorbankan nyawaku demi Hansel.

Tapi semuanya berubah saat aku berusia 10 dan Hansel 14 tahun.
Hari-hari seperti di neraka-pun dimulai.
Hansel adalah segalanya. Bukan bagiku, tapi bagi ayah dan ibu. Mulanya aku berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa ini takkan berlangsung lama. Ternyata aku salah, kehidupan di neraka ini terus berlanjut sampai aku memasuki masa remaja.
Suatu pagi saat akan berangkat ke sekolah aku menumpahkan coklat panas ke kemeja Hansel.
“Aduh!” pekik Hansel.
“Grace… kau ini ceroboh sekali!” bentak ibu.
“Aku tak sengaja” kataku tak peduli. Apapun yang aku katakan pasti akan terdengar salah di telinga mereka.
“Sebaiknya kau minta maaf pada Hansel” sahut ayah kemudian.
“Hansel juga pernah melakukannya padaku!” aku membantah.
“Sudah, bawa sarapan mu dan pindah ke ruang tamu!”
Aku menelan air liur. Dengan emosi bergejolak, aku mengangkat mangkuk panekuk-ku dan pindah ke ruang tamu yang sepi.
Cuma gara-gara menumpahkan coklat ke kemeja Hansel, aku diusir dari meja makan. Aku tahu mereka memang lebih menyayangi Hansel Si brengsek itu, tapi aku kan masih bagian dari keluarga Smith, tidakkah tindakan ini berlebihan?
Aku kesal, tak kusentuh lagi panekuk itu. Tanpa berpamitan, aku bergegas ke sekolah.
Hal-hal seperti ini memang bukan pertama kali terjadi.
Pernah suatu kali aku benar-benar sedang lapar dan tidak ada secuil makanan pun di meja. Dengan nekat, aku mengambil satu dari puluhan kue yang tertata rapi di dalam lemari milik Hansel. Di kamarku, tidak ada lemari khusus makanan seperti itu. Terbukti jika terjadi diskriminasi kasih sayang di keluarga kami.
Rupanya Hansel sadar aku mengambil kuenya. Ia mengadu pada ibu dan terjadi pertengkaran hebat. Ibu memukulku karena aku lancang. Tentu saja aku tidak terima. Kubalas pukulan itu ke arah Hansel. Ibu bilang aku anak perempuan yang kasar dan brutal. Aku dikurung di kamar mandi. Cuma karena memakan kue milik Hansel saat sedang lapar. Saat aku menangis di kamar mandi yang gelap, aku berdoa supaya Hansel cepat mati. Saat ia mati, aku ingin sekali menyaksikannya. Hansel satu-satunya orang yang kubenci.
‘Diiiiiinnnnnnnn!!!!!!’ Suara klakson yang keras membuyarkan lamunanku.
Rupanya mobil Hansel. Setiap pagi ia berangkat ke sekolah di antar supir, sedangkan aku harus naik bis pulang pergi. Mereka tidak mengijinkanku berangkat bareng Hansel dengan alasan ‘jam berangkat kami berbeda’. Teman-teman juga sering menanyakan kenapa Hansel naik mobil dan aku selalu naik bis. Aku tidak pernah menjawabnya, aku terlalu malu untuk mengatakan bahwa keluarga Smith tidak menganggapku.
Aku selalu berpikir apakah aku anak pungut atau bukan. Jika bukan, mengapa 4 tahun terakhir aku diperlakukan seperti pembantu? Jika iya, akte kelahiraku tidak mengatakan demikian. Lagipula banyak yang bilang wajahku mirip sekali dengan ayah.

Aku tidak suka melihat gaya Hansel di sekolah. Dia ketua OSIS dan disayang banyak guru. Kalau ada ibu peri yang menawariku satu permohonan, aku akan memohon supaya Si Brengsek yang telah membuat hidupku menderita ini mati secepatnya.
Aku tidak habis pikir, mengapa waktu kecil aku sangat menyayangi Hansel melebihi apapun.
Semua penderitaan ini membuatku menjadi gadis yang kuat dan tahan banting. Aku tidak mau terus-menerus direndahkan oleh mereka. Persiapanku telah matang, akan kutinggalkan rumah itu seminggu lagi.
Rencananya, aku akan menyewa kamar dengan uang seadanya. Setelah itu mencari kerja di swalayan dan hidup bahagia selamanya. Tanpa keluarga Smith.

Pagi itu aku mendengar kabar Hansel dirawat di rumah sakit. Berita ini bagai kado ulang tahun bagiku! Tenteram rasanya hidup ini tanpa Hansel selama 2 minggu lebih. Aku tidak tahu dia sakit apa, dan aku tidak peduli. Hanya ibu dan ayah yang terlihat sibuk bergantian menjaga anak emasnya di rumah sakit.
Karena keadaan di rumah sedang nyaman tanpa Hansel aku menunda kepergianku. Dengar-dengar kondisi Hansel mamburuk sampai-sampai harus dirawat di ruang ICU. Sepertinya dia sekarat.
Entah ada angin apa ibu mengajakku ke rumah sakit untuk menjenguk Hansel. Aku tidak sudi masuk ke dalam ruangannya. Dari jendela, kulihat Hansel tergolek lemah dengan berbagai alat kedokteran di pasang di tubuhnya. Aku cuma mengamati.
Tiba-tiba ibu keluar dan memeluk ayah. Katanya Hansel meninggal.
Tuhan mengabulkan doaku!

Penyakit kanker rupanya telah diderita Hansel sejak beberapa tahun lalu. Tapi aku tak pernah diberitahu. Menjelang ajalnya, Hansel menitipkan sebuah kaleng kue pada ibu. Katanya untukku. Hansel memintaku membukanya 40 tahun lagi, bukan sekarang. Aku tidak peduli dengan kaleng kue itu, cuma kuletakkan di pojok lemari baju.

Tahun demi tahun kulalui dengan bahagia. Aku adalah anak kesayangan ayah dan ibu. Kalau Hansel tidak meniggal waktu itu, mungkin tidak akan seperti ini.
Aku berhasil lulus kuliah dan mendapat pekerjaan yang layak. Pada usia 25 tahun aku menikah dengan seorang kontraktor kaya. Dari hasil pernikahan kami, lahirlah 3 orang anak yang lucu-lucu: Clay, Edward dan Justin.
Keluarga kami sering berkunjung ke rumah ayah dan ibu. Clay, Edward dan Justin senang bermanja-manja dengan kakek&neneknya.

Aku dan suamiku berhasil menyekolahkan anak-anak kami sampai tamat. Clay dan Edward sudah menikah dan mempunyai anak. Sedangkan Justin masih mencari calon.

Kini aku telah menjadi lansia yang bahagia. Hidupku sempurna.
Saat sedang mencari gigi palsuku yang terjatuh, tanpa sengaja kutemukan kaleng kue penuh debu dan berkarat di dalam lemari.
Aku jadi teringat, Hansel meninggal saat aku berusia 15 tahun dan sekarang usiaku sudah 55 tahun. Berarti sudah 40 tahun berlalu sejak saat itu. Dan itu artinya aku sudah boleh membuka kaleng yang selama ini kuanggap sampah.
Jari-jariku yang dipenuhi kerutan berusaha memutar tutup kaleng. Ternyata isinya secarik kertas. Cahaya jingga dari langit sore membantuku membaca apa isinya.

Kepada Grace,
Adikku tercinta
Halo Grace, apa kabar? Apa kau sehat? Ku harap kau sudah menjadi nenek-nenek saat membaca tulisan ini.
Pertama-tama aku mau minta maaf atas perlakuan tidak pantas yang kau terima beberapa tahun terakhir.
Tapi kau tahu tidak, aku senang!
Tidak mudah membuatmu benci padaku sampai-sampai harus minta bantuan ayah dan ibu. Aku seperti mengiris jariku sendiri setiap melihat kau menangis.
Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengubah rasa sayang menjadi kebencian yang mendalam.
Saat berusia 14 tahun, dokter mendiagnosa aku terkena Kanker akut dan hidupku takkan lama. Saat itu kita sangat dekat, kita masih akrab. Aku tidak mau ketika aku mati kau harus mengalami kesedihan yang mendalam. Makanya aku berusaha mati-matian membuatmu benci padaku supaya kau tidak sedih ketika aku meninggal. Dan aku berhasil!
Setelah aku pergi, kau mendapatkan hidupmu kembali kan? Aku yakin ayah dan ibu memperlakukanmu dengan baik. Jangan khawatir, hal-hal menyebalkan yang dulu mereka lakukan adalah bagian dari rencana (mereka melakukannya karena menyayangimu).
Maaf jika hadirnya tulisan ini membuatmu kaget. Tapi sejujurnya, aku cuma mau adikku yang paling ku sayang hidup bahagia selepas aku meninggal-bukannya malah frustasi.
Sekian dulu tulisanku. Jaga diri baik-baik Nenek Grace.. hehe.

Salam,
Hansel

Secarik kertas itu merosot dari tanganku. Tanpa sadar air mata sudah membasahi wajah ini sejak tadi.
Sambil menatap langit sore yang teduh, aku teringat wajah Hansel 40 tahun lalu. Ia mendatangi pikiranku sambil tersenyum bahagia.
Memang benar, jika Hansel tidak meninggal dalam kondisi dibenci olehku, aku tidak tahu akan seperti apa jadinya.

“Kak Hansel, terimakasih sudah membuatku hidup bahagia. Aku menyayangimu”
Best Blogger Tips

2 komentar:

  1. KEREN DIT, INI LO YANG BUAT?????

    BalasHapus
  2. wey itu capslock nantangin amat ul hahaha.

    iyeeeee, yang gw copas cuma kisah dari italy & humor garing itu

    BalasHapus

Twitter Bird Gadget Important Note:-